Artinya kebaikan yang kita lakukan efek baiknya akan kembali kepada kita. Begitu pun sebaliknya, keburukan yang kita lakukan efek buruknya juga akan kembali kepada kita sendiri. Di ayat lain, "Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)." (QS ar-Rahman [55]: 60). HIKMAH | Mendapat Balasan Kebaikan Oleh Nur Faridah Watch on
Melakukan perbuatan baik terhadap orang lain ternyata tidak hanya berdampak positif bagi orang tersebut, tapi juga diri kita sendiri. Karena kebaikan yang kita perbuat, seperti menghargai orang lain atau membahagiakan orang lain, kebaikan itu akan kembali kepada kita. Salah satu efek positif yang kamu dapatkan berbuat berbuat baik adalah menjadi tenang dan punya hati yang damai. Tentu ada banyak lagi manfaat dari berbuat baik, berikut adalah manfaat-manfaat yang kamu dapatkan karena berbuat kebaikan. 1. Menguatkan hubungan sosial Berbuat baik kepada sesama bisa menguatkan hubungan sosial yang mungkin selama ini kurang baik. Mulai berbuat baik terhadap keluarga, teman, orang yang ada di sekitarmu, serta kepada orang yang belum kamu kenal. Cobalah dengan cara yang sederhana terlebih dahulu, seperti senyum, mengatakan terima kasih saat ditolong orang, dan menyapa orang lain. Meskipun sekecil apapun pertolongan atau bantuan yang kamu terima dari orang lain, ucapkanlah terima kasih agar menghargai perbuatannya. 2. Membuat suasana hati lebih bahagia Berbuat kebaikan itu dapat meningkatkan suasana bahagia di hatimu. Cobalah melakukan perbuatan baik kalau selama ini kamu biasanya meras cemas, khawatir, dan takut. Kemudian coba rasakan, pasti hati kamu menjadi lebih tenang dan juga bahagia. Begitu juga bagi kamu yang sering stres, cara ini sangat ampuh karena dapat mengalihkan semua fokusmu terhadap berbagai masalah menjadi fokus berbuat kebaikan. 3. Menghindari dari pengaruh negatif Orang yang suka berbuat kebaikan kepada sesama tentu memiliki hati yang kuat. Maka hal itulah yang mengindari kamu dari segala pengaruh-pengaruh negatif. Biasanya orang yang berbuat kebaikan punya cara dalam memandang suatu permasalahan dengan baik dan tidak cepat terpengaruh hal-hal negatif. Jadi, kalau kamu bisa berbuat kebaikan, maka tidak akan terpengaruh dengan hal-hal negatif. 4. Menyayangi diri sendiri Banyaknya kebaikan yang kita perbuat terhadap orang lain juga akan berdampak bagi diri sendiri. Karena kalau kamu tahu bagaimana berbuat baik kepada orang lain, maka kamu juga mengetahui bagaimana cara untuk berbuat baik kepada dirimu sendiri. Dengan begitu, kamu pun akan mudah dalam menyayangi diri sendiri. Oleh sebab itu, jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan kepada orang lain. Itulah 4 manfaat yang kamu dapatkan dari berbuat kebaikan, kebaikan yang kamu perbuat akan kembali ke dirimu sendiri pada waktu yang tepat.
Hartayang kita keluarkan untuk beribadah, ia akan kembali kepada kita sendiri, maka jangan sampai kita sayang dan khawatir akan kurangnya harta kita, karena Allah yang akan ganti harta tersebut.. 📚 Ust Dr. Musyaffa' Ad-Dariny, M.A., doktor ushul fiqih Univ Islam Madinah, pemateri di Radio Rodja dan Yufid TV
BERTAKWALAH kepada Allah wahai manusia. Sucikanlah dirimu dengan melakukan ketaatan. Janganlah kalian mengotorinya dengan keburukan dan kesesatan. Allah berfirman, “Dan jiwa serta penyempurnaannya ciptaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Asy-Sayms 7-10 Sesungguhnya apapun yang kita lakukan di bumi ini, diperuntukkan bagi diri sendiri. Engkau tidak akan diberikan balasan, melainkan atas dasar amal perbuatanmu sendiri. Allah Ta’ala berfirman, “Barang siapa yang mengerjakan amal yang shalih maka pahalanya untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dosanya untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidakah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya,” Fushshilat 46. Sesungguhnya apapun yang kita lakuakn di dunia ini akan kembali kepada diri kita sendiri. Ketika kita melakukan hal yang buruk, maka sudah dapat dipastikan bahwa keburukan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal yang baik, maka kebaikan itu akan berimbas kepada diri kita sendiri pula. Apa-apa yang kita lakukan di dunia ini kitalah yang akan merasakannya. Maka perhatikanlah apa yang telah kita buat hari ini. Karena setiap apa yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. [] Sumber Himpunan Khotbah Jum’at Lengkap/Dr. Shalih Al-Fauzan/Ummul Qura Sesungguhnyaapapun yang kita lakuakn di dunia ini akan kembali kepada diri kita sendiri. Ketika kita melakukan hal yang buruk, maka sudah dapat dipastikan bahwa keburukan itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Sebaliknya, jika kita melakukan hal-hal yang baik, maka kebaikan itu akan berimbas kepada diri kita sendiri pula. Yusuf Mansur. Foto kumparanInnal ahsantum ahsantum lianfusikum, wa in asa’tum falahaa...Potongan surat Al-Isra’ ayat 7 tersebut artinya, “Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat keburukan berarti keburukan itu bagi dirimu sendiri...”Makna yang tersirat di dalamnya adalah bahwa ketika kita berbuat baik, itu artinya kita sedang berbuat baik untuk diri sendiri. Melakukan amalan-amalan baik untuk diri sendiri, menjalankan perbuatan mulia untuk diri sendiri, melakukan sesuatu yang baik dan sesuatu yang baik itu untuk diri demikian? Ya, sebab Allah tidak membutuhkan amalan-amalan baik tersebut. Yang membutuhkannya adalah diri kita kita berpuasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, kebaikannya akan kembali kepada diri kita sendiri, keutamaan yang kita dapatkan akan kembali kepada diri kita, bukan kepada Allah apalagi sesama menjalankan salat tahajud setiap hari di sepertiga malam terakhir, dengan penuh pengorbanan harus bangun saat orang-orang yang lain tengah terlelap dibalut selimut. Lantas, siapa yang akan mendapatkan kebaikan, kita yang menjalankan salat tahajud atau mereka yang terlelap dalam mimpi? Tentu saja kita yang menjalankan shalat tahajud lah yang akan mendapatkan keutamaan dari Allah, doa-doanya tidak hanya didengar Allah, melainkan dikabulkan oleh Allah dalam surat Ar-Rahman ayat 60 disebutkan; bahwa tidak ada balasan kebaikan, kecuali kebaikan sebaliknya, saat kita melakukan keburukan, maka keburukan yang kita lakukan itulah sesungguhnya yang akan kembali kepada diri kita tidak menjalankan amalan-amalan kebaikan yang Allah tetapkan, tidak melakukan kebaikan perbuatan mulia, tidak juga menjalankan sesuatu yang baik, maka keburukannya akan didapat oleh diri kita doa yang kita panjatkan, seolah diacuhkan oleh Allah. Setiap permohonan yang kita haturkan, seolah tidak didengar oleh Allah. Kita dicuekin sama Allah. Oleh sebab apa? Oleh sebab perbuatan buruk kita kita semua tidak pernah bosan untuk melakukan amalan-amalan baik, aamiin yaa rabbal aalamiin. FaedahMenyertai Kegiatan Kokurikulum Pdf from menyertai aktiviti kokurikulum kepada murid. Antara kebaikan menyertai aktiviti unit beruniform termasuklah aktiviti ini akan meningkatkan ketahanan mental dan fizikal. Justeru, polemik ini akan dibincangkan dan dikupas untuk kebaikan bersama .
Allah merajai langit dan bumi, dan kita semua akan kembali kepada Allah. Tafsir Surah An-Nuur Ayat 42 Allah Ta’ala berfirman, وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَإِلَى اللَّهِ الْمَصِيرُ “ Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allah-lah kembali semua makhluk.” QS. An-Nuur 42 Penjelasan ayat Disebutkan dalam ayat ke-42 “Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi.” Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di memberikan keterangan, maksudnya adalah Allah menciptakan langit dan bumi. Allah yang memberikan rezeki pula kepada langit dan bumi. Allah juga yang mengatur langit dan bumi. Allah mengaturnya secara syar’i dan qadari artinya semua harus tunduk pada aturan syariat Allah dan semua yang Allah tetapkan itu pasti terjadi. Di bumi ini tempat kita beramal, sedangkan di akhirat adalah tempat amalan kita itu dibalas. Sehingga dalam lanjutan ayat disebutkan, “dan kepada Allah-lah kembali semua makhluk.” Artinya, kepada Allah tempat kita kembali dan kita akan dibalas. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 600-601. Balasan manusia akan nampak pada catatan amal dan timbangan amal Dalil yang menunjukkan adanya timbangan amal pada hari kiamat di antaranya adalah ayat, وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika amalan itu hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan pahalanya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” QS. Al-Anbiya’ 47 Dalam ayat lainnya disebutkan, فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ , فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ , وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ , فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ , وَمَا أَدْرَاكَ مَا هِيَهْ , نَارٌ حَامِيَةٌ “Dan adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas.” QS. Al-Qari’ah 6-11 Dalam penjelasan para ulama ada beberapa pendapat manakah yang ditimbang dalam mawazin timbangan pada hari kiamat. Ada beberapa pendapat, yang ditimbang adalah 1 amal itu sendiri, 2 catatan amal, 3 pahala dari amalan, 4 pelaku amal itu sendiri. Lihat Ma’arij Al-Qabul, 31022-1024. Dalil yang menunjukkan bahwa manusia akan menerima catatan amal adalah firman Allah Ta’ala, فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَءُوا كِتَابِيَهْ “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata “Ambillah, bacalah kitabku ini.” QS. Al-Haqqah 19 Juga dalam ayat, وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيَهْ “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku ini.” QS. Al-Haqqah 25 Begitu juga yang menerima kitab dari sisi belakang punggungnya seperti disebut dalam ayat, وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ وَرَاءَ ظَهْرِهِ “Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang.” QS. Al-Insyiqaq 10 Juga dalam hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, ia ketika itu mengingat neraka, lantas ia menangis. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya saat itu, “Apa yang membuatmu menangis?” Aisyah menjawab, “Aku mengingat neraka lantas aku menangis. Apakah kalian akan mengingat keluarga kalian pada hari kiamat?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, أَمَّا فِي ثَلاَثَةِ مَوَاطِنَ فَلاَ يَذْكُرُ أَحَدٌ أَحَدًا عِنْدَ المِيْزَانِ حَتَّى يَعْلَمَ أَيَخِفُّ مِيْزَانُهُ أَوْ يَثْقُلُ وَعِنْدَ الكِتَابِ حِيْنَ يُقَالُ هَآؤُمُ اقْرَؤُوْا كِتَابِيَهْ حَتَّى يَعْلَمَ أَيْنَ يَقَعُ كِتَابُهُ أَفِي يَمِيْنِهِ أَمْ فِي شِمَالِهِ أَمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِهِ وَعِنْدَ الصِّرَاطِ إِذَا وُضِعَ بَيْنَ ظَهْرَي جَهَنَّمَ “Ada tiga keadaan seseorang tidak akan mengingat siapa pun pada hari kiamat 1 ketika di sisi mizan timbangan, sampai seseorang mengetahui timbangannya ringan ataukah berat; 2 ketika berada pada sisi kitab catatan amal ketika dikatakan Ambillah, bacalah kitabku ini’ sampai ia mengetahui apakah catatannya diambil dari sisi kanan, ataukah sisi kiri, atau dari belakang punggungnya; 3 ketika berada di shirath jembatan yang dibentangkan di atas Jahannam.” HR. Abu Daud, no. 4755; Tirmidzi, no. 2235. Hadits ini disahihkan oleh Syaikh Al-Albani. Baca Juga Faedah Surat Qaaf, Setiap Yang Terucap Akan Masuk Catatan Amal Tentang hisab amal Dalam masalah hisab disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, “Yang dimaksud hisab adalah ditimbangnya amal kebaikan dan kejelekan. Termasuk dalam hal ini ada munaqasyah perhitungan amal baik dan jelek secara rinci. Hisab yang dimaksud sebelumnya adalah penampakan amalan pada pelakunya dan akhirnya ia mengenal amalnya sendiri. Oleh karena itu para ulama Ahlus Sunnah berselisih pendapat mengenai orang kafir, yaitu apakah orang kafir dihisab ataukah tidak. Yang jelas hisab itu ada yaitu amalan itu dihitung dan ditampakkan. Namun hisab bagi orang kafir bukan maknanya kebaikan mereka dibalas pada hari kiamat lalu dibandingkan dengan kejelekannya.” Dar’u Ta’arudh Al-Aql, 5229. Dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, 6489. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di tempat lainnya juga menyatakan, “Setiap hamba pasti memiliki kejelekan. Dalam kehidupan kita selaku hamba pasti punya kekurangan. Seandainya bukan karena pemaafan dari Allah terhadap kesalahan-kesalahan kita dan Allah menerima amal kita, tentu kita akan binasa. Karena dalam hadits disebutkan, “Siapa yang menghadapi munaqasyah perhitungan hisab secara rinci, maka ia tentu akan disiksa. Aisyah mengatakan, Wahai Rasulullah, bukankah Allah mengatakan, “Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata “Ambillah, bacalah kitabku ini.” Inilah yang dimaksud dengan al-ardh penampakan amal. Namun jika amal tersebut nuqisya dihisab rinci tentu akan disiksa.” Jaami’ Ar-Rasail, 1150. Dinukil dari Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, 6489 Hisab itu ada dua macam Pertama, hisab ardh. Hisab ini berlaku khusus untuk orang beriman. Ia akan ditanya tentang amalnya, ilmunya, nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Ia akan menjawab dengan kokoh, akhirnya nikmat kebaikan berlanjut terus untuknya. Jika ditampakkan baginya dosa, ia mengakuinya dan Allah akan menutupi serta memaafkan kesalahannya. Hisab pertama ini tidak dihitung detail munaqasyah. Ia akan mengambil kitabnya dengan tangan kanannya. Ia akan kembali pada keluarganya dalam keadaan suka cita. Karena ia selamat dari siksa dan diberikan keburuntungan dengan pahala. Inilah yang disebutkan dalam hadits, مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ “Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ QS. Al-Insyiqaq 8” Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Itu baru al-aradh penampakan amal. Namun barangsiapa yang diteliti hisabnya, maka ia akan binasa.” HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim, no. 2876 Kedua, hisab munaqasyah. Hisab ini ditujukan pada orang kafir dan ahli maksiat dari orang yang bertauhid. Mereka akan lama hisabnya dan akan berat tergantung pada banyaknya dosanya. Jika itu ahli maksiat dari kalangan ahli tauhid, maka Allah akan masukkan mereka dalam neraka sampai waktu tertentu kemudian keluar, lalu akan masuk dalam surga selamanya. Hisab jenis ini akan dialami oleh orang kafir, munafik, dan pelaku kemaksiatan–semoga Allah melindungi kita–, di mana mereka akan diinterogasi secara teliti atas kenikmatan yang diperoleh semasa di dunia, selain itu terjadi adu argumentasi sehingga Allah pun mendatangkan saksi untuk membatalkan alasan mereka. Lihat Fatawa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 182318. Semoga bermanfaat. Referensi Ma’arij Al-Qabul bi Syarh Sullam Al-Wushul ila Ilmi Al-Ushul fi At-Tauhid. Cetakan kedelapan, Tahun 1432 H. Hafizh bin Ahmad Al-Hakami. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Tafsir Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Cetakan pertama, Tahun 1432 H. Iyad bin Abdul Lathif bin Ibrahim Al-Qaisi. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Baca Juga Shalat itu Yang Pertama Kali Akan Dihisab Ya Allah, Hisablah Aku dengan Hisab yang Mudah Diselesaikan menjelang Ashar, 27 Shafar 1441 H, bertepatan dengan 26 Oktober 2019 oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel
Sehinggakita harus yakin bahwa Allah akan selalu mengawasi kita di mana saja kita berada. (Luqman berkata) : "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui" (QS.
Amsal 1127 Siapa mengejar kebaikan, berusaha untuk dikenan orang, tetapi siapa mengejar kejahatan akan ditimpa kejahatan. Firman Tuhan mengatakan bahwa kita diciptakan Allah untuk melakukan perbuatan baik Efesus 210 dan Firman Tuhan juga mengajarkan agar kita saling mengasihi 1 Yohanes 47. Baca juga JANGAN MENJADI BUDAK DARI PERASAAN Bagi kita yang berbisnis, ketika kita berbuat baik kepada karyawan, mereka akan membalasnya dengan bekerja keras untuk kita. Bagi kita yang karyawan, ketika kita berbuat baik kepada sesama karyawan atau bos kita, kebaikan itu akan membuat mereka “menutup mata” terhadap kekurangan atau kesalahan kita. Bagi kita yang masih bersekolah, kebaikan kita terhadap teman atau guru akan membuat kita disukai dan disegani oleh mereka. Bagi suami dan istri, kebaikan yang kita lakukan untuk pasangan akan membuat mereka semakin jatuh cinta kepada kita. Saya teringat sebuah kisah ketika Rahab menolong dua pengintai Israel Yosua 21-6. Rahab menyambut mereka dan berbuat kebaikan kepada mereka. Hasilnya, ketika Yosua menyerang dan memusnahkan seluruh kota Yerikho, hanya Rahab dan keluarganya yang dibiarkan hidup oleh Yosua Yosua 623-25. Baca juga DAMPAK DARI MARAH DAN CARA MENGATASINYA Lihat, kebaikan atau kasih yang kita lakukan selalu kembali kepada kita, Pada dasarnya, kitalah yang paling diuntungkan ketika kita berbuat baik atau berbuat kasih kepada seseorang. Galatia 69 mengatakan jika kita tidak jemu berbuat baik, suatu hari kita pasti menuai perbuatan baik yang Anda lakukan. penulis mistermuryadi h4RuG.